Senin, 17 Maret 2014

Artikel



Selamat hari minggu semuanya, dan selamat ke gereja bagi Nasrani :)
Ini adalah hari yang ditunggu tunggu bagi semua orang banyak. Kenapa ? Ya inilah waktunya bangun siang bolong dan dibantai tidurnya. Begitupula terjadi ama saya. Malam minggu begadang dan bangun jam 8 pagi. Yang biasanya saya bangun jam 5 pagi. Soalnya saya dapet kuliahnya pagi hari. Kali ini saya akan share tentang seputar cerita teknologi di indonesia.

Google Indonesia Ajak Caleg Kampanye Via Internet





Jakarta - Giat masyarakat semakin besar menjelang Pemilu 2014. Google Indonesia, Asia Foundation dan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) bekerja sama mengadakan pelatihan yang disebut Google Day.

Acara yang diadakan di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu (12/3/2014), itu diadakan gratis dan ditujukan bagi para praktisi politik seperti caleg, anggota parpol, hingga pengawas Pemilu seperti Bawaslu. Google mencoba memberikan inspirasi bagi pegiat politik dalam mengajak generasi melek Internet untuk memanfaatkan teknologi Google.

Masyarakat yang melek Internet ini menjadi sasaran yang baik bagi para praktisi politik. Oleh karena itu, para caleg bisa melihat kecenderungan popularitas mereka atau parpol melalui Internet.

"Kita menyebut generasi yang pola pikir dan gaya hidupnya selalu akses Internet disebut Generasi C. Itu dari Creation, Curation, Connection, dan Community," kata pemberi materi dari tim Google Indonesia, Novita, di Ballroom, Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu (12/3/2014).

Novita kemudian menjelaskan, salah satu platform di Google yaitu Google Trend yang bisa melihat topik terhangat yang diakses oleh pengguna Internet di seluruh dunia. Penggunaan Google Trend ini mirip seperti survei parpol, tetapi hasilnya tidak sebagai referensi.

"Misalnya kita mau membandingkan Pemilu Legislatif dengan Pemilu Presiden. Ada filternya dengan wilayah, jangka waktunya juga. Nanti muncul tampilan perbandingannya," ucapnya.

Namun, Novita menyebutkan hasil dari Google Trend ini bukan sebagai acuan seperti survei karena lebih sebagai barometer minat pengguna Internet pada waktu tertentu. Dari tampilan Google Trend yang ditampilkan Novita, topik mengenai Pemilu paling menarik bagi masyarakat melek Internet di daerah Sumatera Utara.
Jakarta - "Bisa saja nanti kalau kita ganti waktunya menjadi 3 bulan terakhir hasilnya akan berubah. Ini hasilnya generik internet user saja, nggak bisa di-breakdown ke umur, jenis kelamin atau pekerjaan," tuturnya.

Salah satu peserta pelatihan bertanya dan menganggap hal ini menarik karena bisa digunakan pegiat parpol untuk memetakan kampanye di daerah tertentu yang kecenderungan masyarakat melek Internetnya tinggi.

Selain itu, Novita juga memaparkan mengenai penggunaan Youtube dan Google+. Perempuan berkacamata itu menunjukkan beberapa akun seperti milik Presiden SBY di kedua platform itu.

"Ini contoh akun Youtube milik Pak SBY sebagai personal. Sedangkan ini akun Youtube milik Pemprov DKI, sebagai institusi," ucapnya sambil menunjukkan konten di dalamnya.

Terakhir, Novita menunjukkan penggunaan Google Hangout dan Google Hangout on Air. Platform terakhir ini bisa digunakan untuk memberikan informasi ke masyarakat seperti video conference. Novita kembali menunjukkan, ketika SBY menggunakan Google Hangout dengan beberapa otoritas dalam permasalahan kebakaran di Sumatera, tahun lalu.

Dari : detik.com


Puluhan Mahasiswa Kedokteran di Adelaide Nyontek Pakai iPad

Universitas Adelaide, Australia, menemukan sedikitnya 24 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran tingkat akhir melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan akademik. Para mahasiswa ini terbukti menyontek dalam salah satu ujian, dengan modus menggunakan iPad.


Para mahasiswa ini menyimpan bahan-bahan ujian di dalam iPad mereka. Ke-24 mahasiswa bisa menyelesaikan soal-soal ujian dengan mengakses jawaban yang sudah disiapkan di iPad mereka.


Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Adelaide Prof. Alistair Burt menyatakan, semua mahasiswa yang menyontek kini diwajibkan mengambil pelajaran tambahan, dan beberapa di antaranya bahkan harus mengulang ujiannya.


Pihak fakultas menyatakan, perbuatan para mahasiswa ini melanggar kebijakan akademik. Akibatnya, nilai mereka dikurangi 10 persen, dan diwajibkan mengambil mata kuliah yang telah ditentukan untuk tahun ke-6 mereka.

"Dua di antara mereka yang nilainya dikurangi 10 persen ini, dinyatakan tidak lulus," kata Prof Burt.

Meskipun terbukti telah digunakan untuk menyontek, namun pihak Universitas Adelaide menyatakan, tetap akan membiarkan penggunaan teknologi seperti iPad dalam ujian.

Dari : detik.com 


Ini Bocoran Spesifikasi Smartwatch Google

Jakarta - Google tampaknya tinggal selangkah lagi untuk meluncurkan smartwatch pertamanya. Seperti rumor yang santer beredar, jam tangan pintar ini akan menggandeng LG.

Nah, bocoran datang dari akun Twitter @evleaks yang mengeluarkan bocoran gambar bentuk dari jam tangan yang diduga merupakan adalah smarwatch LG-Google.

@evleaks sendiri bukan sembarang peniup isu. Akun ini seringkali jitu dalam memberikan bocoran soal gadget terbaru yang dibuat para raksasa teknologi.

Dikutip detikINET dari Phone Arena, Jumat (14/3/2014), jam tangan dari Google ini akan mempunyai layar 1,65 inch dengan lapisan IPS. Layar resolusi ini wearable ini pun mencapai 280x280 pixel.

Sementara itu ruangan penyimpanannya bakal disematkan 4 GB. Sistem operasinya tentu saja menggunakan versi Android paling baru.

Rumor yang mengerucut ini bahkan menyebut bahwa LG sudah dalam tahap penyelesaian, sebelum akhirnya melakukan debut paling cepat Maret atau Juni bertepatan dengan konferensi Google I/0.

Bila ini terwujud, maka makin ramai saja kehadiran smartwatch di tahun 2014. Sebut saja Samsung dengan Galaxy Gear 2, Huawei TalkBand, HTC, Sony SmartWatch 2 dan Pebbel Steel.

Tentu saja yang dalam tekanan adalah Apple. Karena kuat dugaan juga, iWatch yang merupakan smartwatch pertama akan dirilis tahun ini atau tidak sama sekali.

 Dari : detik.com


Berantakan Karena Kecelakaan Motor, Wajah Pria Ini Dipulihkan Printer 3D















Cardiff, Selama ini teknologi printing 3D hanya digunakan para ilmuwan untuk membuat organ tiruan berbentuk 3 dimensi, yang nantinya dijadikan model dari organ yang sebenarnya. Namun baru-baru ini tim dokter berhasil merekonstruksi wajah seorang korban kecelakaan motor dengan memanfaatkan teknologi ini.

Bagaimana tidak, wajah pria bernama Stephen Power ini berantakan setelah mengalami kecelakaan motor hebat di bulan September 2012. Karena kecelakaan ini, tulang pipi dan rahangnya patah, tengkoraknya retak dan mata kanannya melorot.

Belum lagi, kedua lengan Stephen patah, begitu pun dengan kaki kirinya. Bahkan Stephen sampai harus menjalani transplantasi tulang untuk kakinya agar bisa berjalan kembali.

Beruntung pria berusia 29 tahun tersebut segera mendapat operasi. Dengan bantuan tim dokter bedah plastik, sejumlah cedera di wajah Stephen dapat diperbaiki. Namun dokter enggan memperbaiki pipi kiri dan soket matanya karena mereka khawatir prosedur tersebut akan merusak penglihatan Stephen.

Power sendiri tak kalah cemas dengan kerusakan yang terjadi pada wajahnya. Bila keluar rumah, ia selalu mengenakan kacamata dan topi agar bekas luka di wajahnya tak kelihatan. Saat itulah tim dokter beralih ke teknologi printing 3D.

Tim bedah dari Morristown Hospital, Swansea, Wales pun akhirnya berkolaborasi dengan National Cantre for Product Design and Development Research (PDR) dari Cardiff Metropolitan University untuk mengembalikan wajah Stephen agar kembali simetris dengan menciptakan model 3D wajah pria ini lalu membuat implannya.

Pertama, mereka melakukan scanning 3D pada wajah Stephen dan membuat model wajahnya di komputer agar tim dokter mengetahui di mana mereka harus meletakkan tulang baru atau memperbaiki bagian tertentu dari wajahnya secara akurat. Kemudian mereka mencetak implan berbahan titanium dengan printer yang sama.
"Tanpa teknologi ini Anda harus menebak-nebak apa yang harus dilakukan selama operasi. Tapi teknologi ini membantu kami agar dapat melakukan operasi dengan tepat dan hasil yang didapatkan pasien pun terlihat lebih bagus," terang Dr Adrian Sugar, konsultan bedah maksilofasial yang mengoperasi Stephen, seperti dikutip dari CBS News, Jumat (14/3/2014).

Pria asal Cardiff, Wales itu pun mengaku puas dengan kinerja tim dokter, mengingat parahnya cedera yang dirasakan Stephen karena kecelakaan motor. Namun karena masih berupa terobosan baru, Stephen harus menjalani operasi rekonstruksi dan menunggu hasilnya selama berbulan-bulan.

"Berbekal kesuksesan yang kami lakukan terhadap Stephen, kami berharap suatu saat nanti pasien lain hanya butuh hitungan hari saja untuk bisa merasakan hasilnya," tutupnya.

Dari : detik.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar