Minggu, 16 Maret 2014

Artikel 2



Selamat hari senin all, dan sekarang terulang lagi hari yang sia sia. Sia sia dateng dari bekasi, yang tadi niatnya mau ngampus matkul AI, dan alhasil dosennya tiba tiba ga bisa masuk. Yang hanya saya lakukan adalah, hanya positif thinking dan mengambil hikmatnya. Hikmatnya adalah saya bisa mengikuti jadwal brifing peminatan.

Saat Parkir Mobil, Lebih Percaya Pada Kamera atau Sensor?  

Washington -Saat memarkir mobil, Anda lebih percaya dengan kamera parkir atau mendengar sensor yang ada di mobil? Jawabannya pasti berbeda-beda, karena tergantung dari kebiasaan orang itu, ada yang nyaman melihat kamera dan ada juga yang percaya mendengar bunyi sensor.

Tapi, belum lama ini Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) merilis studi yang pernah dilakukannya dan ternyata ditemukan saat parkir melihat ke kamera lebih aman karena bisa mengurangi blind spor 90 persen daripada mendengar sensor parkir.

"Saat ini kamera parkir nampaknya menjadi teknologi yang paling mejanjikan untuk membantu mengatasi parkir," kata Wakil Presiden Eksekutif IIHS David Zuby.

Penelitian ini ditujukan agar industri otomotif yang ada di dunia terus meningkatkan keamanan kendaraan. Demikian dilansir Inautonews, Jumat (14/3/2014).

Selain itu, menurut data pemerintah federal, tidak kurang dari 292 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan. Sementara lebih dari 18.000 orang terluka dalam kecelakaan saat pengemudi melakukan parkir.

Dari semuanya, yang paling rentan cidera adalah anak-anak dan orang tua. Dengan semakin banyaknya teknologi yang mendukung keselamatan maka Badan Keselamatan Lalu Lintas dan Jalan Raya Amerika atau National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) memperkirakan bahwa jika semua kendaraan dilengkapi dengan kamera parkir, jumlah kematian akan turun tajam dari 300 ke 112 atau 95 pertahunnya.

Sumber : detik.com 

Wah, Ayam Goreng KFC Asli Ini Dicetak dengan Printer 3D!
















Teknologi 3D kini juga diaplikasikan dalam bidang kuliner. Sebuah perusahaan percetakan 3D di Jepang membuat model ayam goreng KFC yang terbuat dari gipsum. Hasilnya, benar-benar mirip ayam goreng KFC asli lengkap dengan bumbu dan kulit ayam.

Teknik cetak 3D mampu menduplikasi sebuah objek secara akurat. Teknologi ini telah lama dimanfaatkan bidang kedokteran dalam membuat aneka prototipe dan komponen lainnya. Namun perusahaan percetakan 3D di Yokohama bernama
iJet justru mereplikasi ayam Original Recipe KFC.

Teknik cetak 3D ini terdiri dari serangkaian mesin dan komputer. Pertama, ayam goreng KFC sungguhan diletakkan secara hati-hati diatas meja, kemudian teknisi
iJet memfotonya dengan 3D Scanner.

Setelah proses
scanning selesai, data tersebut diubah ke dalam bentuk tiga dimensi dan ditampilkan dalam monitor komputer. Sayangnya 3D Scanner masih memiliki keterbatasan akurasi sehingga teknisi harus mengoreksi dan merevisi foto tersebut hingga mirip aslinya.

Perbedaan warna antara objek asli dengan model juga harus disesuaikan. “Anda dapat memberi tahu teknisi untuk menyesuaikan tampilan warna agar mirip objek aslinya,” ujar salah satu staf
iJet, seperti diberitakan Rocket News 24 (14/03/2014). Teknisi kemudian memberi glasir mengkilap untuk meniru ayam goreng KFC yang sedikit berminyak.

Setelah data selesai dikoreksi, ayam goreng KFC ini siap dicetak 3D. Hasilnya, benar-benar mirip ayam
Original Recipe KFC sungguhan. Butiran bumbu dan lekukan tepung kulit ayam juga terlihat jelas. Namun jangan terburu-buru melahapnya. Model ini terbuat dari gipsum berwarna dan sama sekali tidak bisa dikonsumsi.

Untuk memegang model ini juga harus berhati-hati karena gipsum lebih berat dan lebih rapuh dari ayam goreng KFC sungguhan.

Perusahaan
iJet juga mampu menyesuaikan skala pencetakan model 3D. Ayam goreng KFC dicetak dalam skala sangat kecil dan dijadikan liontin anting yang lucu dan menggemaskan.

Sumber detik.com

'Pelanggan Smartfren Suka Streaming'

Shenzhen - Smartfren mengklaim jumlah pengguna mereka sudah mencapai 11,3 juta pelanggan. Seiring banyaknya penggunaan smartphone saat ini, berujung pada mendominasinya penggunaan data ketimbang voice & SMS, seperti juga yang dialami Smartfren.

Memang, mengandalkan teknologi EVDO Rev.B Fase 2 artinya Smartfren coba menonjolkan kecepatan data yang mereka miliki. Inilah kelebihan yang disebut Head of Marcomm, Roberto Saputra, dimanfaatkan sepenuhnya oleh pelanggannya.

Roberto mengatakan hingga 60% pelanggan Smartfren lebih memanfaatkan layanan data ketimbang voice maupun SMS. Petinggi Smartfren ini membeberkan 20% pelanggan menggunakan layanan Smartfren untuk melakukan streaming.

Menyusul 20% lainnya adalah pelanggan yang sekadar melakukan browsing internet. Sedangkan 18% sisanya kerap mengandalkan layanan data Smartfren untuk mengakses akun media sosial miliknya.

“Dengan porsi hingga 20%, artinya pelanggan kita memang hobi melakukan streaming video dari YouTube. Dan untuk merasakan video streaming secara nyaman tentunya layanan data yang digunakan harus selalu stabil. Inilah yang kami tawarkan bagi pelangan” ujar Roberto di Shenzhen, China.

Sementara itu berdasarkan data yang dibeberkan Roberto, sekitar 40% pelanggan Smartfren sisanya lebih banyak memanfaatkan layanan video dan SMS.

Smartfren sendiri menargetkan pertumbuhan hingga 15 juta pelanggan pada tahun 2014 ini, dari yang sebelumnya 11,3 juta pelanggan pada tahun sebelumnya.

Untuk memuluskan rencana tersebut, operator CDMA ini melakukannya lewat berbagai promo atau melalui bundling product ponsel Andromax, salah satunya adalah seri Andromax terbaru yang segera diluncurkannya pada bulan April mendatang.

Sumber detik.com 

Ini Penyebab Naiknya Angka Kecelakaan Lalu Lintas



Jakarta -Pada dasarnya tujuan seseorang berkendara agar lebih cepat sampai tempat tujuan, lebih nyaman, dan juga lebih aman. Namun jika tidak hati-hati, bukannya cepat sampai, tapi malah tidak pernah sampai.

Tidak ada satu orang pun yang ingin mengalami kecelakaan lalu lintas. Tapi terkadang kecelakaan lalu lintas tidak dapat dihindari. Meski demikian, sebenarnya peristiwa itu dapat dicegah.

"Banyak orang yang mengemudi sambil telepon, SMS, merias wajah, menonton TV, makan, dan juga pacaran. Kebanyakan pelanggaran hukum itu dilakukan oleh orang yang masih di bawah umur. Untuk kendaraan bermotor itu banyak yang bonceng bertiga dan tidak menggunakan helm," kata Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono, saat hadir dalam kegiatan 'Simposium Pencegahan dan Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas', di aula PTIK, Jl. Tirtayasa No 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Menurutnya kecelakaan pada kendaraan roda dua, lebih besar angkanya dibandingkan dengan kecelakaan roda 4. Hal tersebut disebabkan karena jumlah sepeda motor lebih banyak ketimbang jumlah mobil. Pelanggaran disiplin juga paling sering dilakukan oleh pengguna sepeda motor, seperti menerobos palang kereta api, melanggar rambu lalu lintas, menerobos lampu merah, melanggar hak pejalan kaki, dan membawa orang atau barang yang melebihi kapasitas.

Salah satu faktor yang menyebabkan naiknya jumlah kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya adalah perbedaan antara peraturan dulu dengan peraturan yang sekarang. Perubahan teknologi yang semakin canggih dalam memproduksi kendaraan bermotor juga bisa menjadi faktor kecelakaan lalu lintas.

"Kalau sepeda motor zaman sekarang 120 km/jam, kalau dulu hanya 50 km/jam. Mobil zaman dulu juga hanya 60 km/jam, sekarang 140 km/jam, dan itu pun belum digas sampai full, masih bisa lebih lagi," kata guru besar psikologi ini.

Faktor perbedaan peraturan lalu lintas yang dulu dengan yang sekarang juga menjadi penyebab banyaknya kecelakaan lalu lintas. Peraturan dulu, untuk mendapatkan SIM A harus berumur minimal 18 tahun, sedangkan sekarang minimal 17 tahun sudah bisa mendapatkan SIM A.

Peraturan lalu lintas dulu, untuk pergi ke luar kota batas maksimal kecepatan adalah 60 km/jam, sedangkan dalam kota maksimal 30 km/jam. Sedangkan menurut UU Lantas No 22 tahun 2009, kecepatan luar kota maksimal 100 km/jam, dan untuk dalam kota maksimal 60 km/jam.

"Kalau zaman dulu sarana masih terbatas, jumlah kendaraan juga terbatas, polisi jumlahnya masih cukup banyak, anak-anak juga masih takut dengan orang tua. Dulu kalau saya ke sekolah juga naik sepeda, tidak mau saya naik mobil. Aneh justru kalau naik mobil sendiri," terang Sarlito.

Sumber detik.com
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar