Alasan
Mengapa Sakit Saat Melahirkan
Zaman dulu, para wanita selalu merasa sakit saat
akan melahirkan. Keadaan yang kurang adil ini kemudian berubah setelah kejadian
berikut ini:
Para wanita secara bersama-sama memohon kepada dewa agar ditegakkan keadilan, yaitu supaya kaum lelakilah sebagai penyebab yang seharusnya menderita sakit dikala sang isteri melahirkan.
Ternyata petisi ini dikabulkan, sehingga sejak saat itu apabila seorang isteri melahirkan, maka dengan mudah dan santai penuh perasaan ia dapat melahirkan anaknya sehingga hal ini sangat membantu ilmu kedokteran dalam menekan resiko melahirkan.
Di samping itu secara mengenaskan sang suami yang mendampinginya di luar menggeliat-geliat serta meraung-raung kesakitan demi keselamatan sang isteri yang melahirkan. Para lelaki menganggap hal ini biasa, karena ini termasuk akan
menambah bintang kepahlawanan pria dalam rumah tangga.
Tetapi, keadaan ini berubah sejak peristiwa dibawah ini:
Suatu waktu seorang wanita dari kalangan terkemuka di suatu kampung akan melahirkan. Paras anak keluarga dan para tetangganya sekampung ikut mengantarkan kelahiran ini dengan ikut menunggu di luar.
Sang suami telah disediakan tempat tidur di samping sang isteri, lengkap dengan segala peralatan untuk mengantisipasi segala kemungkinan penderitaanya. Saat melahirkan terjadi, sang istri dengan tenang penuh kasih sayang menjalankan kelahiran yang mulus ini. Tetapi, sang suami yang dengan tegang menunggu datangnya penderitaan tetap saja tidak bergeming sampai terdengar pekikan sang anak.
Yang sangat mengejutkan ternyata di luar terlihat kehebohan, ternyata Bapak Kepala Desa (Kades) berguling-guling serta berteriak-teriak kesakitan.
Semua khalayak terdiam sejenak, secara serentak semua ibu-ibu yang berada di sekitar itu secara diam-diam dan bersungguh-sungguh berdoa kepada dewa:
"Biarlah semua penderitaan ini kami lah yang menanggung asalkan semua rahasia tetap menjadi milik kami!"
Para wanita secara bersama-sama memohon kepada dewa agar ditegakkan keadilan, yaitu supaya kaum lelakilah sebagai penyebab yang seharusnya menderita sakit dikala sang isteri melahirkan.
Ternyata petisi ini dikabulkan, sehingga sejak saat itu apabila seorang isteri melahirkan, maka dengan mudah dan santai penuh perasaan ia dapat melahirkan anaknya sehingga hal ini sangat membantu ilmu kedokteran dalam menekan resiko melahirkan.
Di samping itu secara mengenaskan sang suami yang mendampinginya di luar menggeliat-geliat serta meraung-raung kesakitan demi keselamatan sang isteri yang melahirkan. Para lelaki menganggap hal ini biasa, karena ini termasuk akan
menambah bintang kepahlawanan pria dalam rumah tangga.
Tetapi, keadaan ini berubah sejak peristiwa dibawah ini:
Suatu waktu seorang wanita dari kalangan terkemuka di suatu kampung akan melahirkan. Paras anak keluarga dan para tetangganya sekampung ikut mengantarkan kelahiran ini dengan ikut menunggu di luar.
Sang suami telah disediakan tempat tidur di samping sang isteri, lengkap dengan segala peralatan untuk mengantisipasi segala kemungkinan penderitaanya. Saat melahirkan terjadi, sang istri dengan tenang penuh kasih sayang menjalankan kelahiran yang mulus ini. Tetapi, sang suami yang dengan tegang menunggu datangnya penderitaan tetap saja tidak bergeming sampai terdengar pekikan sang anak.
Yang sangat mengejutkan ternyata di luar terlihat kehebohan, ternyata Bapak Kepala Desa (Kades) berguling-guling serta berteriak-teriak kesakitan.
Semua khalayak terdiam sejenak, secara serentak semua ibu-ibu yang berada di sekitar itu secara diam-diam dan bersungguh-sungguh berdoa kepada dewa:
"Biarlah semua penderitaan ini kami lah yang menanggung asalkan semua rahasia tetap menjadi milik kami!"
Sumber : denisaremania.blogspot.com
Cina
Vs Arab
Konon ada sepasang sahabat cina dan arab lagi
kebingungan karena usaha mereka bangkrut. Setelah memutar keras otak mereka,
mereka sepakat membuka pelayanan kesehatan. Maka si cina jadi sinshe, dan si
arab menjadi tabib.
Setelah satu minggu praktek, si tabib tetap sepi
pasien, namun si sinshe mulai kebanjiran pasien. Si tabib putar otak untuk
melawan si sinshe.
Maka si tabib mengeluarkan jurus dengan memasang
pengumuman di depan ruang prakteknya: “Jika Tidak Sembuh Uang Kembali Tiga Kali
Lipat”
Taktik itu manjur, pasien lalu berdatangan ke si
tabib. Giliran si sinshe sewot lalu mencari akal. “Haiyaaa, lumayan kalo owe
purak-purak sakit dan tidak sembuh dapat uang lha…” (baca dengan logat cina
ya). Lalu ia mendatangi si tabib.
Si Sinshe: “Haiyaaa, tolong owe. Owe punya sakit
mati rasa. Owe tidak bisa lagi rasain rasa setiap makanan yang owe telan,
haiyaa…”
Si Tabib: “Ana fikir itu gamfang ana sembuhkan.”
Lalu si tabib memanggil asistennya.
Si Tabib: “Hasaaannnn, cefat ente bawa kesini obat
nomor 14.”
Secepat mungkin si asisten yang bernama Hasan
membawa obat nomor 14 dan oleh si tabib diberikan kepada si sinshe. Dan si
sinshe langsung menguyah sebelum menelan obat nomor 14 tersebut.
Si Sinshe: “Haiyaaa, ini bukan obat lhaaa, tapi ini
tai ayam.”
Si Tabib: “Ente betul. Itu tai ayam. Berarti ente
sudah sembuh dan tidak mati rasa lagi.”
Si sinshe pulang dengan kesal karena kalah akal.
Lalu ia kembali memutar otak berpikir mencari akal untuk mengalahkan si tabib
dan sekaligus dapat uang si tabib. Maka kali ini si sinse kembali pura-pura
sakit lupa yang sangat kronis.
Si Sinshe: “Haiyaaaa tabib, owe sakit lupa parah
sekali. Owe lupa semua peristiwa dan memori owe. Haiyaaa, tolong owe.”
Si Tabib: “Gamfang. Ana fasti tolong ente dan ente
fasti sembuh. Obat ana mujarab sekali.”
Lalu seperti biasa si sinse memanggil si Hasan sang
asisten.
Si Tabib: “Hasaaaaan, cefat ente bawa kemari obat nomor
14.”
Si Sinshe: “Haiyaaaa, owe tidak mau lagi makan tai
ayaaaam. Haiyaaaaa… Owe tidak mau…”
Si Tabib: “Alhamdulillah, berarti ente sudah sembuh.
Daya ingat ente ternyata sudah kembali.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar